24.4.12

Tertawa.

Entah kamu lagi sedih, seneng, susah ataupun marah, tertawalah. Kenapa? Soalnya tertawa itu sehat, gak mahal lagi. Jadi, tertawa lah, walaupun gak ada yang lucu. Hei, tertawain aja diri sendiri.

Rasanya beberapa waktu terakhir ini saya lelah banget. Lelah hati, pikiran pun fisik. Well, rasa lelah itu yang ngerasain ya kita sendiri, so, kita sendiri juga yang bisa ngilangin rasa ini.

Cara saya sih ya dengan melepas semuanya, 'let it go'. Manjur mungkin walaupun perasaan sedih, marah dan kecewa yang saya rasain tetep ada. Tapi setidaknya saya bisa meringankan beban imajiner di pundak saya.

Saya juga sadar bahwa gak ada yang abadi.

Jadi, ya, saya harus melepas beban yang ada. Beban disini maksudnya masalah-masalah. Masalah ada untuk menghambat dan juga membantu, terserah kita mau menganggapnya sebagai penghambat atau sebagai pembantu/pendorong untuk maju. Saya belajar untuk bangkit, melepas semuanya dan menjadikan masalah-masalah yang menimpa saya sebagai pelajaran.

Saya tidak mau jadi manusia yang terjebak di masa lalu.

Dan, saya memang punya cara aneh untuk mengatasi kegalauan akibat si gebetan jadian sama cewek gaul itu, padahal katanya gak mau pacaran itu. :))

Iya, saya tertawa.

Kenapa? Karena kita tidak seharusnya ngedumel atau sedih kalo ada masalah beginian (atau masalah apapun). Lagian kalo tertawa gue ngerasa lebih tenang dan rileks.

Yes, I admit, I'm not fine. Nyah.

9.4.12

Kopsusnya enak loh! Sudah begitu murah lagi, cocok deh sama kondisi keuangan gadis ini yang sama labilnya dengan kondisi kesehatan mental Moira. Maklumi saja, namanya juga remaja, kawan. Kalau tidak labil belum bisa dinamakan remaja.

"Yaaa," jawabnya begitu namanya dipanggil Ramon. "Memangnya siapa lagi yang punya suara kece macam tad―hei!" Moira menepis tangan Ramon―yang omong-omong lebih besar dari tangannya (Moira kan imut-imut gitu, macam boneka teddy bear)―yang seenak jidatnya menoyor, yeah, menoyor dirinya. Beraninya. Baiklah, layaknya darah yang harus dibayar dengan darah, maka toyoran harus dibayar dengan toyoran juga.

Tapi, tapi, tangannya tidak sampai tuh, mengingat Ramon menjulang, ya know, menjulang macam tower air. Ya, bahkan ketika duduk. Oke, kalau toyor tidak bisa maka Moira akan... akan menendang kaki Ramon saja. Sip! Biar tahu rasa dia! Hah!

"Aw!" Shii~ppp! "Aduh-duh-duh!" Tidak berhenti mengumpat di dalam hatinya, gadis berdarah Jawa-Perancis ini mengusap-usap kakinya yang terantuk kaki meja. Sial. Sial. Sial! "Hah? Sepanyoloto? Bahasa mana tuh?"

Masih sakit omong-omong.

"Oh, engga dong. Abis Ulangan Fisika dong! Dan keluar pertama, Moira gitu loh!" serunya sembari nyengir, memamerkan deretan gigi rapi dengan bracket berhias warna merah. "Gak kayak kamu yang madol!"

[Iya, abal gitu ya? :p Bodok! Nilai prediksi TOEFL saya diatas 550 loh! Seneng? Jelas! Bodok deh dibilang norak. :p Dan, betewe, Know Your Name-nya Jay Park yang versi akustik... enyak! Kyaaa! Kyaaa! Udah ah, mau bobok! *tendang Moira balik ke gudang*]