Bungkus rokok terkutuk
itu masih tergeletak di jalan, Mireille berpikir untuk menendangnya saja. Tapi
itu akan menghilangkan alasan Mireille tadi berteriak kepada lelaki yang kini
berjalan mendekat kepadanya. Dari bahasa tubuhnya saja, gadis ini sudah tahu
lelaki itu menahan amarah. Mengapa? Hanya karena Mireille menegur mengenai
sampah—sampah rokoknya pula—yang ia buang sembarangan, begitukah?
Ditatap
seintens itu Mireille mau tidak mau memalingkan pandangannya, tidak menyadari
bahwa lelaki itu kini berdiri di hadapannya. Hanya berjarak beberapa belas
senti, refleks kedua tangannya ia taruh di depan badan. Gadis itu sempat
menahan napas, mengingatkan dirinya dalam hati bahwa ini orang lain, bukan
Dante. Dan Mireille sedang tidak berada di manapun di dekatnya kakaknya.
“Apa maksud ucapan lo barusan,
anak kecil?”
Ah, I see. Mireille mengangkat sebelah bibirnya, anak kecil? Mireille tahu
benar tipe lelaki di hadapannya, tipikal makhluk Mars yang menganggap dirinya
yang terhebat dan makhluk lainnya tidak eksis. Pandangannya terpaku pada
tato-tato yang menghias lengan lelaki itu, tough
guy, eh? Atau hanya bocah laki-laki bertato dan mengira dirinya sudah
dewasa? Diliriknya sedikit rumah besar di sebelahnya, no wonder. Spoiled little boy with tattoes but ‘no parents’ think he
knows the world like the back of his hand.
Mireille mematikan iPodnya, menarik headset yang terpadang di telinganya, lalu membungkuk untuk
mengambil bungkus rokok terkutuk itu. “Bungkusnya dibuang di tempat sampah,”
ujarnya menyurukkan bungkus rokok itu pada lelaki di hadapannya sembari
melempar pandangan pada tempat sampah di dekat pintu rumah lelaki itu keluar.
---Ah, Mireille, kamu OoC. And, no offense kepada orang-orang bertato di luar sana. I love tattttoooooooeeeeesssss, I'd love to get tattooed if I could. *wink*