Nobody said it
was easy
No one ever said
it would be this hard
Oh, take me back
to the start
“Why did I do I wrong, huh? Did I do
something terrible in the past?!”
Mireille tidak peduli kalau ia dikira orang
gila, berteriak entah kepada siapa di tengah jembatan penyebrangan seperti ini.
She doesn’t care anymore. Napasnya
tersenggal, kedua matanya terasa gatal setelah berjam-jam menangis. Tubuhnya
gemetar setiap kali membayangkan hal-hal yang Dante telah lakukan kepadanya. What did she do wrong?
“It’s
okay, it won’t hurt you,” ucap Dante dalam suara yang lembut, seperti seorang
kakak kepada adiknya. Yeah?
“Why
did you do this to me?” suara Mireille lirih, hampir tidak terdengar diantara
suara musik kencang yang kakaknya sengaja putar. Tubuh Mireille gemetar, kedua
tangannya terangkat menghalangi tubuh Dante agar tidak lagi mendekat.
Pointless, she knows.
“Shhh.
Don’t cry. It won’t hurt, we already did this before.” Dante tersenyum sembari
mengusap air mata Mireille, lalu menarik tubuh gadis itu mendekat padanya dan
berbisik, “Relax, ma chérie.”
She
feels tainted.
She
is tainted.
Gadis itu memeluk tubuhnya yang penuh
lebam, jaket yang dikenakannya tidak cukup tebal dan panjang untuk menutupi
pakaian yang dikenakanya, sebuah baju terusan berwarna pink yang bahkan tidak
sampai lututnya. She feels lost. Sebuah
suara menarik perhatiannya, seorang pengemis berwajah sangar berjalan mendekat
ke arahnya. Mireille memalingkan wajahnya, mengutuk dirinya yang begitu bodoh
berteriak seperti orang gila haus perhatian di tengah malam dan hanya
mengenakan pakaian setipis dan sependek ini.
So
be it… pikirnya
pahit.
Note : *ma chérie : my dearest/my darling,
well something like that.
*The Scientist – Coldplay.
No comments:
Post a Comment